Kamis, 27 Desember 2018

Tentang Pengalaman Menjadi Seorang Pramusaji (1)

Pekerjaan ini sudah saya lakoni hampir 6 bulan lamanya. Disebuah kafe yang lumayan mentereng namanya walau baru buka beberapa waktu lalu ini, pertama kali saya menjadi seorang pramusaji. Bekerja dipelayanan publik bukan hal yang asing buat saya. Berkali-kali saya terpaksa bekerja dengan kewajiban beririsan dengan khalayak umum itu. Kenapa saya bilang terpaksa? Bisa dibilang kemampuan berbicara didepan umum saya sangat payah. Namun saya tak menemukan bakat lain dalam diri saya selain harus menjadi pekerja upahan yang memaksa saya beririsan dengan banyak orang seperti sekarang. Saya tak bersyukur juga tak menyesal menjalani pekerjaan ini. Dalam kamus saya, menjadi pramusaji atau pekerjaan lainnya hanyalah peran yang disediakan sistem bagi saya. Jadi cukup saya jalani saja. Walau konsekuensinya lumayan harus menyita waktu lebih dari pekerjaan saya yang lain.
Pekerjaan ini pertama kali saya dapatkan dari seorang kawan lama yang sudah lebih awal terdaftar sebagai karyawan dikafe ini, lantas dia mengajak saya yang kala itu masih tanpa pekerjaan.
Soal upah, tak ada yang bisa saya ceritakan secara spesifik. Hampir mayoritas pekerjaan dikabupaten saya, semuanya bergaji tak kurang dari gaji saya. Kecuali buruh pabrik modern, gajinya lebih mensejahterkan ketimbang menjadi paramusaji. Maka dari itu banyak orang bermimpi bekerja dipabrik ketimbang jadi pramusaji seperti saya. Karena gaji yang kecil itu pula, saya sering berdebat dengan pacar saya. Dia yang ngotot memaksa saya mencari pekerjaan lain yang gajinya lebih besar dari pekerjaan saya sekarang, saya yang malas harus berkompetisi dengan ribuan orang lain diluar sana untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih mensejahterkan. Entah saya yang boros, atau mungkin ia adalah prototipe calon istri zaman milenial yang panutannya adalah artis yang berpenghasilan mentereng, sehingga dengan gaji saya yang sekarang ia pikir tak akan mencukupi hidupnya kelak. Ah sudahlah, saya kadung sakit hati jika harus membahas ihwal hal brengsek ini.

Ihwal mekanisme pekerjaannya, sebetulnya susah-susah gampang. Buat saya yang pernah bekerja disebuah hotel bintang 5, bekerja jadi seorang pramusaji itu mudah. Mudah dalam artian tak terlalu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan. Berbeda ketika saya masih bekerja dihotel atau menjadi pramuniaga. Pekerjaan pokok saya hanya mengantarkan makanan pada pelanggan, itu saja. Namun disisi lain, karena si pemilik termasuk orang yang agak pelit, dibeberapa kesempatan saya terpaksa harus bekerja lebih dari 8 jam karena kekurangan personil di beberapa lini. Sehingga kami harus cepat tanggap meng-cover pekerja yang tidak masuk atau memang tak pernah ada orang dalam lini tersebut. Sehingga kadang saya terpaksa harus lembur. Biaya lembur yang mereka bayar sangat tak manusiawi, kami hanya dibayar Rp.5000,- saja per jamnya. Harga lima batang rokok seribuan yang dalam waktu 10 menit saja sudah hangus terbakar jadi abu buat saya. Dan itu tak berlipat ketika jam kedua dan seterusnya berlaku. Sungguh tipikal dari perusahaan diera kapital menggurita seperti sekarang. Mungkin perusahaan dimana saya bekerja sekarang ini hampir mirip dengan perusahaan-perusahaan serupa dikabupaten saya; mengupah pererjanya dengan upah murah; mengetatkan pengeluaran (sehingga biaya lembur hanya Rp.5000,- saja); memperpanjang jam kerja (dengan dalih loyalitas kepada perusahaan).

Tapi lebih dari itu, saya bertemu banyak sekali pribadi unik dipekerjaan saya kali ini. Banyak teman baru yang saya temui disini. Tak seperti ketika di Maluku sana, saya bahkan hanya berkawan akrab dengan beberapa orang saja, padahal notabene saya bekerja dipelayanan publik juga. Ada beberapa kawan yang bisa dinilai sangat dekat secara emosi dengan saya. Sebut saja Yopi (office boy), Big boy-Sandi (satpam), Endar-Roy (cook), Joy-Tata (pantri), ismi-agung (service) dan kawan-kawan lainnya yang jika saya sebut tak akan cukup dipojokan mungil ini. Tanpa disadari, banyak dari mereka memberikan pelajaran baru buat saya. Hal yang sebetulnya temeh namun cukup membuat saya kadang bersyukur bisa dipertemukan dengan pribadi-pribadi unik seperti mereka. Jika energi dan usia saya mencukupi, ingin rasanya menuliskan secara rinci tentang mereka satu persatu lengkap dengan signifikansi sosial mereka sebagai pekerja upahan disebuah kafe. Sebagai marka juga sebagai memoar dihari depan kelak.

Bukan Resensi Buku: ABC Anarkisme

Judul: ABC Anarkisme-Anarkisme untuk pemula
Penulis: Alexander Berkman
Penerbit: Daun Malam
Tahun terbit: 2017
ISBN: -
Tebal: 254 halaman

Anarkisme, paham yang seringkali disalah artikan ini memang sudah lama tak terdengar gaungnya diperhelatan politik dunia. Setelah tembok berlin dan Uni soviet runtuh, otomatis gerakan kiri banyak terbelah menjadi beberapa faksi. Ada yang lari ke politik parlementer dengan mendirikan partai hingga mereka yang masih istiqomah dengan politik extra-parlementer, seperti mereka para anarkis yang tetap istiqomah berada pada jalurnya.
Saya memang bukan seorang anarkis, namun ide-ide mereka banyak mengilhami saya selama berada dalam aktivisme politik beberapa tahun kebelakang. Sehingga mengulas buku keren ini mungkin menjadi salah satu hutang budi saya pada para anarkis termasuk pada Alexander Berkman dan yang terpenting pada Penerbit Daun Malam yang sudah rela meluangkan waktu menerjemahkan buku penting ini dalam rangka memperluas spektrum diskursus gerakan kiri pada umumnya.

Kita mulai saja. Pertama, buku ini dibuka dengan  pengantar dari Fredoom press(penerbit bahasa Inggris buku Alexander Berkman) dengan memaparkan kembali biografi singkat Alexander Berkman yang lumayan menyita banyak halaman untuk sekedar kata pengantar dari sebuah buku yang mungil ini menurut saya. Lalu halaman berikutnya kita dibawa pada kata pengantar si penulis yaitu Alexander Berkman. Untuk soal daftar isi, Alexander Berkman tahu betul siapa yang menjadi target dari penulisan buku mungilnya ini. Dan saya sangat salut pada penerbitnya yang menerjemahkan buku ini dengan bahasa yang paling bisa dimengerti oleh semua orang. Untuk ukuran buku berat seperti ini, bahasa yang digunakan sangatlah lentur dan hampir bisa dicerna oleh semua kalangan, termasuk kaum buruh. Tak seperti buku non-fiksi lainnya, ABC Anarkisme hampir mirip buku fabel untuk anak-anak yang mana penggunaan bahasanya sangatlah mudah dimengerti. Walau sebetulnya isi dari buku ini sangatlah berat untuk beberapa kalangan. Namun Daun Malam dan Alexander Berkman seperti sudah menjadi sahabat karib dalam menerbitkan buku, padahal mereka terpaut oleh masa dan daerah yang begitu berbeda dan jauh. Alexander hidup pada masa kekejian Tsar, Daun Malam hidup di era milenial. 


Di bab-bab pertama Alexander menyajikan definisi Anarkisme dengan gaya prolog yang menawan. Seperti pada bab ke-2, "Apakah Anarkisme itu kekerasan?". Dan bab ke-3, " Apa itu Anarkisme?".

Alexander hendak mendakwahi si pembaca namun dengan cara yang tidak langsung. Sungguh gaya penulisan yang penuh daya magis untuk ukuran seorang aktivis kiri pada zamannya.

Yang menarik lagi, pada pertengahan buku ini ada bagian dimana Alexander memaparkan secara rinci bagaimana anarki bisa terwujud atau dalam bahasa Alexander "sebuah keniscayaan". Seperti revolusi, persiapan, organisasi, prinsip-prinsip dan praktik, konsumsi dan pertukaran, produksi hingga mempertahankan revolusi diujung bab buku ini. Buku yang sebetulnya syarat dengan berbagai teori ilmiah ini, disajikan dengan bahasa yang sangat mudah sehingga sekalipun anak sekolah dasar yang membacanya akan langsung mengerti apa yang dimaksud dengan anarkisme dan bagaimana cara menuju pada sebuah anarki ini. Buku yang menjadi salah satu rujukan terbaik bagi kaum libertarian Indonesia ini tak pelak menjadi salah satu buku favorit saya. Selain memperkaya khazanah diskursus gerakan kiri pada umumnya, buku ini juga hadir sebagai pengisi kekosongan literatur anti-otoritarian di Indonesia. Salah satu buku rekomendasi untuk kalian yang masih salah kaprah mengartikan Anarki itu adalah sebuah kekerasan belaka.

HARAPAN DAN KEKECEWAAN

Malam itu langit agak bersahabat dari malam-malam sebelumnya. Hujan tak kunjung turun dicipanas. Biasanya hujan selalu merusak mood saya untuk beraktifitas. Tapi kali itu berbeda. Walau hujan tak kunjung turun, mood saya kacau balau. Setelah dihantam jam kerja yang lumayan mengerikan menguras tenaga, janji rapat konsolidasi bersama kawan-kawan tak kunjung terealisasi. Saya urungkun niat untuk bertemu kawan-kawan malam itu.
Setelah turun dari angkutan umum, saya bergegas menghambur tak teratur menuju rumah seorang kawan. Disana semua saya keluarkan unek-unek yang sedari bulan lalu berjejalan rapi dengan strategi politik, omong kosong busuk dan tetek bengek sejenis agar tak jadi gejah dikemudian hari. Kawan saya yang satu ini agak mengerti kenapa saya tiba-tiba uring-uringan tak jelas seperti ini. Dia sudah hapal betul bagaimana tabiat saya jika sedang banyak pikiran. Ia tak banyak menimpali, hanya satu-dua  "ya" dan "tidak" untuk menjawabnya. Dia tahu betul saya tak butuh jawaban apapun selain butuh didengarkan.
Kesimpulan saya malam itu cetek, saya hanya terlalu berharap lebih pada apapun selain diri saya sendiri. Dari mulai rapat konsolidasi hingga pertemuan-pertemuan lain yang tak terealisasi, semua bermuara pada ego saya yang terlalu tinggi memaksakan harapan saya pada orang lain. Sehingga berujung pada keterpaksaan pada orang lain. Malam jahannam itu berakhir dengan satu-dua gelas kopi dengan obrolan menggantung seperti biasanya.
Setelah ngalor-ngidul soal ini itu, saya putuskan pulang.
Saya sadar, pulang pun tak akan jadi solusi final untuk masalah-masalah yang kadung membuat kepala saya semakin botak ini. Dirumah, saya hanya tinggal berdua dengan adik laki-laki saya. Lantas ketika pulang, tak aneh jika mesin penanak nasi sialan itu isinya kosong melompong tak bisa dipakai untuk mengisi perut yang lapar ini. Saya menggerutu sejadi-jadinya. Hewan berkaki empat sudah berkali-kali keluar dari mulut saya sedari awal saya sampai dirumah. Dalam hati saya menggerutu, "kenapa hidup saya harus se-brengsek ini sekarang". Sambil menghambur membuka sepatu, saya masuk kedalam kamar saya yang bau tengiknya tak bisa ditolerir lagi itu.

Setelah banyak harapan yang hilang jadi buih hari itu, saya jadi teringat album Snicker and The Chiken Fighter di tahun 2017 lalu. Saya memutarnya berulang kali sambil membuka-buka kembali buku God Delusion karya si Dawkins itu. Setidaknya hari itu masih bisa diselamatkan oleh beberapa lagu Snicker, buku si Dawkins dan secangkir kopi instan. Walau jelas perut saya sedari turun dari angkutan umum masih terus berbunyi tak bisa dikompromi selain harus diisi.
Tak apalah, ujarku dalam hati. Yang penting mulutku masih bisa berasap dan menyeruput kopi 2 ribu perak itu ditemani dengan musik dan bacaan yang berkualitas ini. Peduli setan mereka yang selama ini selalu saya harapkan tapi tak pernah bisa diharapkan. Bila perlu, saya bisa hidup tanpa bantuan mereka.

Kamis, 26 April 2018

Demoralisasi!

May Day tinggal menghitung hari. Perayaan hari buruh tahun ini sepertinya akan jadi pertanda sesuatu. Pertanda akan mengeringnya imaji dan runtuhnya idealisme yang selama ini saya yakini.
Beberapa hari ini saya sengaja membaca kembali buku-buku Marx. Ketika tak ada yang mampu membuat saya tersenyum optimis, tulisan-tulisan Marx melakukannya dengan baik seperti biasa. Ramalan tentang runtuhnya kapitalisme yang diusung Marx menjadi semacam opium bagi saya. Namun hari-hari ini ia tak berefek sama. Saya melihat rona pesimis dalam jari-jari saya ketika membuka lembar-lembar tulisan Marx. Kapitalisme tak kunjung runtuh. Tesis Fukuyama tentang akhir sejarah selalu terbesit akhir-akhir ini dalam benak saya. Nampaknya saya harus lebih realistis, dunia memang baik-baik saja. Ia tak seperti apa yang sering dikoar-koarkan oleh aktivis kiri manapun, bahwa dunia sedang sakit hari ini. Melihat kawan-kawan kiri-kanan saya, banyak dari mereka yang sudah menjual jubah idealisme mereka dan menggantinya dengan baju kepasrahan lalu rela tunduk begitu saja melupakan apa yang dulu mereka perjuangkan. Apa mungkin ini yang dirasakan Almarhum Sondang ketika berniat melakukan bakar diri didepan Istana Negara dulu? Merasa putus asa karena jalan perjuangan yang selama ini di idamkan mulus tak kunjung menemui titik terang. Lalu kawan-kawan yang dulu pernah lantang melawan dunia, kini berubah jadi jongos dan menyerah pada kapitalisme. Ah Sondang, saya sangat paham tentang apa yang kau rasakan. Musuh kita terlalu banyak, sedangkan senjata kita tak cukup hanya untuk menghantam satu saja dari mereka. Menyerah terlalu beresiko, tapi sepertinya hanya itu pilihan paling logis ketimbang harus mati sia-sia memperjuangkan omong kosong belaka. Lupakan hari buruh itu. Mulailah menjadi manusia normal. Lupakan semua ide-ide utopia mu itu. Bersikaplah seperti semuanya baik-baik saja. Jangan terlalu lebai mengamini ide-ide Marx. Ia hanyalah racun yang hanya membuatmu malas dan tak ingin bekerja.
Lupakan tentang mengorganisir massa. Lupakan tentang bagaimana petani kulon progo berjuang melawan pabrik semen. Lupakan perjuangan kawan-kawan di rembang yang menuntut keadilan. Lupakan tentang kepalan tangan yang lantang melawan pembangunan bandara di Yogyakarta.
Lupakan tentang demo menuntut penghapusan outsourcing dan segala tetek bengeknya. Mulainya hidup seperti manusia kebanyakan. Mengikuti arus kemanapun ia membawamu, sekalipun itu ke neraka. Sekalipun kebebasanmu mereka renggut dengan semena-mena. Perlawanan tak pernah panjang umur!
Maafkan kami Marx, Engels, Lenin, Tan dan semua pejuang yang tak pernah kenal lelah diseluruh muka bumi. Kami hanya generasi yang gagal meneruskan estapet perjuangan kalian. Demoralisasi menjadi makanan kai sehari-hari. Semoga didepan, tak ada generasi seperti kami lagi.

Minggu, 01 April 2018

Mananti batas sabarmu

Akankah bahumu selalu tertanggal, jika keluh selalu ku rapal?
Akankah kau tetap tangguh, jika beban selalu ku curah padamu?
Atau akankah pelukmu tetap jadi selimut, jika senja mulai berkabut?
Atau akankah senyum itu memudar kala amarahku tak kunjung padam?

Dik, jika benar sabarmu tak berbatas untukku, akankah ketika jemarimu yang keriput itu nanti tetap setia mengisi ruang kosong dijemari ini?


Selasa, 27 Maret 2018

Tentang sosok di masa lalu

Orang-orang bisa mudah dilupakan, namun melupakan kenangan traumatis bersama mereka yang mengiringi proses menuju hari ini, itu sungguh sulit.

Mungkin tak akan ada lagi sosok sepertinya diduniaku. Sosok yang jika aku melihat matanya saja, bisa melelehkan seluruh piranti keras dalam diriku dengan sekejap mata. Sosok yang jika aku marah, ia bisa sabar dan menenangkanku dengan peluknya. Sosok yang jika aku memasang wajah kesal saja, ia tahu harus segera meredakanku secepatnya. Sosok yang bisa membuatku bahagia walau hanya dengan hal-hal sederhana. Sosok yang menjadi alasanku tetap lantang melawan dunia. Sosok yang sederhana namun begitu istimewa jika kita bersama. Sosok yang selalu memasang senyum walau hatinya begitu terluka demi buatku nyaman. Sosok yang rela menahun tenggelam dalam sepi dan menungguku kembali padanya. Sosok yang sering kujadikan lawan bicara ketika tak seorangpun mau menatapku. Sosok yang sempurna untuk duniaku.

Selang waktu berganti, kita tak berdekap lagi. Entah karna apa. Yang jelas aku mencoba membiasakan diri 24 jam tanpa peluknya lagi. Sedikit demi sedikit, waktu menyembuhkan ketergantungaku padanya. Bergantian sosok yang mengiringi langkah pada banalnya rutinitasku. Namun sungguh tak sedikitpun dari mereka yang bisa setidaknya melupakanku padanya walau hanya sedetik saja. Parahnya, jika salah satu dari mereka membuatku kesal atau marah, ingatanku menerawang padanya. Ya, pada ia yang dulu selalu membuatku takluk untuk berkata 'maaf'. Pada ia yang dulu selalu meredakan badai dalam diriku. Pada ia yang hari ini tak bisa kugapai walau sehelai.

Rindu itu sederhana, yang susah itu mengutarakannya

Dari sekian banyak kata yang pernah ku rangkai, hanya satu yang sulit ku tulis dan ungkapkan; Rindu.

Mungkin aku termasuk manusia jenis langka. Apa pasal? Jika sedang bahagia, aku tulis dan ungkap dengan mudah. Jika aku dirundung kesedihan, pena menjadi teman baikku dan ku ungkap hal itu. Namun jika tentang rindu, itu hal berbeda. Aku suka memendamnya lama-lama. Dibiarkan mengendap berlumut-lumut dan karatan disengaja. Bukan karena gengsi, jujur saja. Ini hanya masalah pengungkapan yang normal. Agar semuanya terasa tak hambar jika sengaja di anak-pinakkan terlebih dahulu. Begitu sepertinya kurasa. Hanya dengan menunda pertemuan lah yang bisa membuat sepasang sejoli bisa tahu kadar perasaan satu sama lain. Seperti sebuah kalimat-kalimat yang tersusun dari sebuah kata per kata yang dipisah oleh spasi, sepasang kekasih juga membutuhkan jarak untuk mengharmoniskan sebuah hubungan. Jangan terlalu rapat juga tak terlalu jauh. Namun tetap harus ada spasi diantaranya sebagai jeda temporer. Begitulah semesta kata bekerja.

Sabtu, 24 Maret 2018

Kembali ke tempat dimana seharusnya Aku berada

Cinta, tanpa terkadang, memang rumit adanya. Ia tak bisa diselesaikan hanya oleh teori-teori semata. Pengalaman empiris yang susah dijelaskan jika hanya oleh logika.
Bukan sedikit orang yang gila dibuatnya. Sejarah sudah lama berbicara.
Cinta itu juga abstrak. Ia tak terlihat, namun bisa dirasa. Persis seperti kentut.
Banyak kisah absurd dibalik kata ini. Dari kisah Romeo-Juliet, Siti Nurbaya-Syamsul Bachri, Rama-Sinta, Jack-Rose dll. Kesemuanya adalah kisah yang sering orang sebut "cinta". Namun ketika diminta mendefinisikannya, tak banyak orang yang tahu atau bahkan tak mau peduli. Dengan entengnya mereka bilang "ada atau tidak ada definisi tentang cinta, ia tetap indah dirasa".
Ya memang terkadang seperti itu adanya. Namun tak semua kasus berakhir seperti itu.
Aku berkali-kali lebur tak berbekas oleh apa yang sering orang sebut cinta. Dari banyak kasus yang aku alami, semunya bermuara pada satu hal; Cinta itu Absurd dan harus kukatakan bahwa Cinta itu omong kosong yang sering dijadikan legitimasi untuk nafsu-nafsu sesaat agar langgeng adanya.
Berkali-kali aku jatuh karenanya lalu mencoba menyembuhkan meski butuh waktu lama. Dan bodohnya, aku tak pernah sadar bahwa aku sedang terperangkap dalam jebakan yang sama meski dengan objek yang berbeda.

Dulu, ketika masih belum tumbuh bulu-bulu halus ku, aku pernah menjalin apa yang sering orang sebut cinta dengan seorang gadis jelita. Jujur saja, dia cantik, matanya selalu membuatku terbius jika melihatnya. Kami menjalin hubungan cukup lama. Bertahun-tahun tepatnya. Tapi karena perbedaan pendapat yang jika aku pikir hari ini, semuanya masih bisa di selesaikan dengan mudah, kami berakhir. Aku yang tetap menyendiri, sambil sedikit demi sedikit membiasakan diri menghapus semua ketergantunganku padanya. Ia yang menikah dengan pilihan orang tuanya. Miris memang, namun itulah pilihan paling logis.

Kasus lain, semuanya sama. Hanya beda pemeran saja. Dan akhir cerita yang sudah bisa ditebak. Namun lagi-lagi aku terbuai oleh jebakan itu. Nampak lebih bodoh dari keledai.

Hari ini, aku berada pada posisi yang sama. Namun belum terlalu jauh aku tersesat. Aku bisa kembali ke tempat asalku. Kembali membaca buku-buku tebal sambil merapal teori-teori berat dalam suntuknya kamarku seharian. Atau mengorganisir komunitas dan melakukan perlawanan-perlawanan kecil sebagai ibadah passion belaka. Atau bekerja seperti laiknya manusia normal lainnya dan pura-pura lupa pada apa itu cinta dan wanita. Atau kembali menenggelamkan diri dalam dunia musik yang dulu sempat aku geluti; mengorganisir sebuah gig, membuat album, mencipta lagu lalu dinyanyikan di moshpit bersama. Atau menjauh dari hiruk-pikuk dunia, lalu menceburkan diri mempelajari agama seperti biksu taat dalam kelenteng dan tentu saja pura-pura lupa apa yang sudah dilakukan cinta padaku selama ini.

Jumat, 16 Maret 2018

Introgasi brutal bersama DxDxT

Saya: Apa yang melatarbelkangi dibentuknya DxDxT??
DxDxR: DxDxT di latar belakangi karna passion dan hoby setiap personil bermusik,kami terdiri dari pecahan personil dari beberapa band dari Cipanas tentunya :)

Saya: Kenapa kalian lebih memilih nama DxDXt sebagai nama band kalian? Adakah filosofi tersembunyi dibalik nama itu?
DxDxT: hehe,DxDxT itu singkatan sih sebenernya,jadi malu,kepanjangan dari Duri Dalam Tubuh yang kami ambil dan sepakat dari lagu band favorit kami si TANPABATAS yg berjudul duri dalam tubuh itu sendiri,ga ada filosofi yang gimana sih mas min,cuman suka saja lagu nya kami,dan lebih lokal banget namanya jarang dan keren hehe,untuk huruf x di DxDxT itu sih cuman tambahan buat karakter bermusik kami yg cepat,hehe X itu cepet,pokok nya cepet tempo cepet,ga ada xxx arti lain pokok nya gitu lah hehe.

Saya: Sejak kapan DxDxT dibentuk???
DxDxT: DxDxT di bentuk di awal.tahun 2016 lebih tepat nya di bulan januari,dan seneng banget sekarang udah mau jalan 3 tahun,eh 2 apa 3 ?tau ah.

Saya: Siapa saja personil DxDxT?
DxDxT: balik lagi, kita terbentuk dari beberapa band pecahan di Cipanas,awal nya kami ber 3 mas min,ada Bandrek(X)di drum,Ramdi(masih) dan Bule(masih).
Cuman ada beberapa problem yg biasa terjadi di band kami merombak dan menambah beberapa personil,seperti Prima dari Ghana(Bass),Deni rave dari Newsheets dan Brave(Drum) dan tentu nya Bule di gitar lalu Ramdi di vocal yg masih bertahan :)

Saya: Rilisan apa saja yang pernah dibuat DxDxT selama eksis belakangan ini??
DxDxT: YEAY....sujud syukur kami sudah merilis album pertama kami yg bertajuk "WHEN THE LOGIC BECOMES PREJUDICE" yang dirilis oleh MOSH Records di Tahun Kemarin,untuk bisa lebih atau yang ingin menikmati rilisan kami bisa hub MOSH records nya(@moshrecs) hehe sekalian promosi,atau toko toko rilisan fisik lain di Cipanas tentunya.

Saya: Selain nge-band, apa saja kegiatan setiap personilnya DxDxT selama ini??
DxDxT: ampun kepo mas min :( seperti manusia lain nya yg hidup,kita sama butuh makan butuh duit hehe ya kaya gitu cari dunia biar afdol hidup hehe,di samping bekerja sehari2,setiap personil sibuk ngurus band lain nya di luar DxDxT,ada yg nongkrong,ada yang pacaran sampe.ada yg ada ada aja wkwkwk.>>>ampun kepo mas min :( seperti manusia lain nya yg hidup,kita sama butuh makan butuh duit hehe ya kaya gitu cari dunia biar afdol hidup hehe,di samping bekerja sehari2,setiap personil sibuk ngurus band lain nya di luar DxDxT,ada yg nongkrong,ada yang pacaran sampe.ada yg ada ada aja wkwkwk.

Saya: Band apa saja yang meng-influence DxDxT dan dijadikan tolak ukur kalian??
DxDxT: Aduh bingung banyak sih yg meng influence kita,setiap kepala dari setiap personil kita gabungin jadi satu,umum nya kita meng influence Vitamin X,Shut Down,Minor Threat,BetterCore,Chain Of Strength dan juga Band local nya TANPABATAS+FreeAtLast hehe

Saya: Musik seperti apa yang kalian usung dan akan disuguhkan kepada telinga pendengar?
DxDxT: Oldschool Hardcore aja hehe.
Kami suguhin tempo yang cepet ga kecepetan yang penting enak di denger(easy listening) dan lirik SPJ(Simple Padat Jelas) :(

Saya: Apa harapan kedepan DxDxT untuk scene lokal cipanas dan untuk band kalian tentunya?
DxDxT: Harapan kami buat Cipanas,tetep ACT entah itu gimana seenak gimana buat jalanin nya,yang penting *scene Cipanas tetep berkarya berjalan ber...ber...berrrr..brrrrr cuaca dingin mas min :(

Saya: Sedikit berandai-andai, jika ada Mayor label yang menawari kalian untuk merilis album kalian apakah akan diterima? Apa alasannya?
DxDxT: Apapun itu yang suka karya dari kami itu sendiri,entah itu suka aja atau banget ,entah itu menikmati nya apapun itu,IT'SOK...ga ada *batasan buat kami untuk tetap karya. *andai........



Saya: Berikan tips dan trik kalian bagaimana cara "memelihara" band agar tetap eksis dan berumur panjang?
DxDxT: hmmmp,Spirit,Passion and do it,establish,always together always share,friendship,conections and communications !!!!
 

Saya: Adakah ide-ide yang melatarbelakangi DxDxT seperti anarkisme, komunisme, nazisme atau isme-isme sejenisnya?
DxDxT: Kami cuman suarakan hati sama pikiran saja ko mas min,selebihnya balik lagi ke penikmat yg denger karya kami menyikapinya.

Saya: Bagaimana pandangan kalian terhadap band yang menjadi alat propaganda sebuah isme? Atau dalam kata lain bikin band yang bukan cuma bermusik tapi mempropagandakan ide-ide tertentu?
DxDxT: lama manikmati dan enak buat di jalanin,itu terserah aja sih :) yang penting seneng hehe....

Saya: Dan pertanyaan terakhir, akan bertema seperti apa E.P atau album kalian mendatang? 
DxDxT: SUPRISE..........di tunggu aja rilisan rilisan berikut nya dari si KAMI,terlalu dini untuk bla bla bla.hehehehehe...........ngantuk mas min :(

Ok kita nantikan sepak terjang Band yang ngaku oldschool ini selanjutnya. Semoga akan banyak karya yang dilahirkan kedepannya oleh Band ini.
Jika ingin menghubungi atau kontak DxDxT bisa dihubungi di instagram mereka @duri.dalam.tubuh

Akhirul kalam.

Cipanas 2108

Senin, 05 Maret 2018

Pada senja diawal bulan Maret

Matahari sudah menuju tempat lain, sinarnya tak terlalu mentereng lagi. Angin dari timur mulai bernyanyi silih berganti menabuh dedaunan disekitaran kami.
Aku duduk disebelahmu, kau yang tak jemu membuatmu malu dengan mata coklatmu yang sayup. Dan air mukaku yang mulai memerah tak keruan dibuatnya.
Beberapa kalimat mulai terlontar dibibirmu. Silih bergantian kita menjawab pertanyaan satu sama lain.
Bibirku menjawab pertanyaanmu. Namun pikiranku melayang pada sebuah ingatan. Ingatan dimana kau dan aku pertama kali bertemu di bale-bale ini. Dari senyum merekahmu dihari itulah aku mulai merasa kita memang ditakdirkan harus bertemu.

Hari itu kau nampak anggun dengan jilbab warna birumu. Mukamu yang bulat, berpacu dengan pipimu yang pepat. Rasanya ingin aku mencubit salah satu dari mereka, saking gemasnya aku melihatmu tertawa dihadapanku. Waktu kita tak banyak di bale-bale ini, magrib memburu langit senja pertanda kita harus kembali pada rutinitas masing-masing. Sebentar, namun berkesan. Tak banyak kata yang terlontar dari bibirku sore itu, namun mataku menceritakan semuanya. Dan kau tau itu. Aku, bahagia bisa bersanding disisimu walau dalam hitungan menit saja. Kalau saja aku bisa hidup seribu tahun, akan kuhabiskan semuanya hanya denganmu.

Jumat, 02 Maret 2018

Tolong ingatkan Aku

Jika nanti aku pikun dan lupa cara menyayangimu, tolong ingatkan aku.
Jika nanti rambutku mulai putih beruban dan mulai mudah pitamku naik, tolong ingatkan aku bahwa kau adalah pereda untukku.
Tolong ingatkan aku, jika nanti aku sering tak ingat mengucapkan selamat tidur untukmu.
Tolong juga ingatkan aku, bahwa dulu kita pernah saling berjanji untuk saling menjaga.
Tolong ingatkan aku untuk meminjamkan bahuku jika nanti kau penuh keluh kesah dan kepalamu membutuhkan sandaran.
Mungkin pelukku tak sehangat mentari, tak selalu mampu meredakan amarahmu, tak selalu menjadi penawar letihmu, tak selalu jadi selimut di dinginnya dunia. Namun aku berjanji, pelukku akan selalu ada jika kau membutuhkannya.

Nanti saat ragaku mulai rapuh, tak kuat menahan terik matahari lagi, kumohon jangan berjarak terlalu jauh dari jemariku. 

Kau ingat saat kita muda dulu? Saat pertama kau mengelus pipiku dibawah langit biru hari Sabtu? Kulihat bibirmu merekah secantik mawar, rona pipimu bisa kulihat memerah. Air mukamu menampilkan gestur yang meneduhkan. Dan hingga kini, meski banyak kerutan berlomba diwajahmu, yang kulihat masih sama seperti dibawah langit hari Sabtu itu. Percayalah!

Sebuah buku yang tak pernah bosan kubaca

Terkadang, se-adiktif apapun sebuah cerita, ia akan membosankan jika diulang terus menerus.

Sudah ratusan judul buku aku baca. Fiksi, non-fiksi, ilmiah dan non-ilmiah. Beratus genre pula aku lahap. Dari kisah cinta Siti Nurbaya hingga Dilan dan Milea aku telan semua. Dari Sains hingga Agama. Stephen Hawking, Richard Dawkins hingga Ibn Rusyd aku kenal baik dengan buku-buku mereka. Di Indonesia, aku membaca Tan Malaka, Soekarno hingga yang terbaru Martin Suryajaya. Semua tulisan mereka adiktif sekaligus menyegarkan. Namun jika berulang kubaca, tetap saja menjemukan.

Berbeda dengan percakapan kita, meski berisi pertanyaan usang, namun aku tak henti membacanya lagi dan lagi. Isinya sederhana. Tak ada teori-teori besar seperti buku What's to be done karya Lenin atau Das Kapital karya Marx. Tak ada pula fakta ilmiah seperti buku Dale Carnegie atau Sigmund Freud dalam percakapan kita. Atau bahkan tak ada rima-rima susastra seperti puisi Rumi dan Goethe. Diksinya sederhana, tak seperti buku Ernest Hemingway atau Osamu Dazai yang kadang berbelit-belit walau menceritakan hal sederhana.

"Hai, apa kabar?", "Lagi ngapain?" Selamat tidur". Hanya kalimat-kalimat sederhana itu yang sering muncul dilayar Handphone-ku setiap hari. Namun membacanya bak Morphin bagiku. Kata-katamu biasa saja, hanya saja bagiku seperti serum penetral kebosanan yang menghujam tepat diatas pundakku. Dan aku tak kuasa menahannya.

Kamis, 01 Maret 2018

Tidak Ada "I miss You" Malam ini

Malam ini obrolan kita datar. Mengulang apa yang malam kemarin sempat kita utarakan. Tak ada kata "I miss You" atau "Aku kangen kamu" meluncur dibibirmu. Aku curiga, kau mulai bosan dengan hubungan singkat ini. Jika ya, apa yang menjadi kekhawatiran tak berdasarku akan mewujud diakhir kalimat "Selamat malam" yang kau utarakan diujung telepon malam ini.
Jika ya, aku sudah siap. Siap menghadapi kemungkinan terburuk, apapun itu. Karena entah kenapa, sedari awal mengenalmu, hatiku seolah telah disiapkan untuk patah dan mengeping lagi seperti sebelumnya. Jadi tak usahlah merasa tak enak. Aku dipersiapkan memang untuk tujuan itu.
Anggap saja setiap percakapan kita selama ini, sebagai percakapan imajiner yang tak menyentuh bumi sedikitpun. Aku rela.
Lalu malam-malammu yang kau habiskan denganku, anggap saja sebuah ilusi yang hampir mirip dengan realita. Jalani hidupmu kembali, melakukan rutinitas 5-3 tanpa harus repot-repot mengingatkan aku untuk sembahyang atau makan lagi.
Sebelum ini, toh semua memang sudah baik-baik saja bukan?

Tapi, izinkan untuk yang kesekian kalinya, meminjam namamu untuk kusebut dalam doa-doaku.
Terakhir, izinkan bibir ini mengucap "I miss you".

Rabu, 21 Februari 2018

She know I need her

Sebelum ini, aku memang pernah berkhayal ke alam kahyangan. Bertemu seorang gadis dengan wawasan luas, elegan, penuh kegembiraan di air mukanya, melahap buku apa saja untuk dibaca dan tentu saja teman yang baik dalam berbincang. Kenapa tidak ada paras cantik disana? Ya, khayalanku tak muluk walau sedikit utopis. Paras yang cantik, bagaimanapun bukan jaminan prilaku yang baik. Lagipula, paras, secantik apapun akan lekang dilahap waktu. Ia tak abadi.

Namun hari ini, gadis dari kahyangan itu, hadir mengisi setiap lembar buku harianku yang hampir buram warnanya. Menggambar warna-warna cerah di ufuk senja saya. Padangannya yang teduh, mengikis stigma negatifku tentang dunia. Gesturnya yang gemulai seolah berkorelasi dengan tuturnya yang lembut nan membius setiap urat di nadi ini.

Entah apa yang aku rasa hari ini, entah sebuah imajinasi yang terealisasi atau lainnya. Dia begitu nyata, hidup diantara rongga paru-paru bak udara. Pernah terpikir, jika ini hanya fatamorgana sementara. Lalu gadis itu, terbang meninggalkan dunia ke kahyangan, tempat dia seharusnya berada.

Setiap kata yang terlontar darinya, begitu indah. Aku, terkdang hampir lupa cara bernafas jika didekatnya, gugup, ya aku gugup jika didekatnya. Jangankan memandang matanya yang teduh itu, bersanding di sisinya saja terasa membuat saraf-saraf diotakku tak berfungsi. Tak aneh, ini adalah ekspersi dari sebuah mimpi yang terealisasi.

Ketika namanya muncul di layar handphone ku, rasanya meneduhkan sekaligus menenangkan. Adiktif, aku tak bisa jika dia tak hadir di hidup ini walau hanya sehari, begitu yang aku rasa hari ini. Dalam benak terlintas, apakah dia yang selama ini selalu aku minta disepertiga malamku? Diakah jawaban yang Tuhan kirim untuk setiap doa disujudku selama ini? Entahlah. Yang jelas, aku harap ini tidak temporer, tapi pemanen. Dan jika benar dia adalah jawaban dari setiap doaku, akan aku perjuangkan walau harus memangku Everest sekalipun.

Kamis, 01 Februari 2018

Sajak Untuk Surti (3)

Aku kini bak Sidarta, berkelana dengan papa
Menggenggam bara rindu yang kau tanam paksa di dada.

Mengalah bukan pilihanku, dia yang kau pilih Surti, tak jadi gentar aku karenanya.
Boleh jadi nanti kau kawin dan beranak-pinak dengannya.

Namun rinduku tak mau padam, hanya karena jejaknya yang kau paksakan padaku.
Barangkali kabar tentangmu masih menjadi buletin dalam benaku setiap hari.

Kau tahu betapa menyenangkan mengetahui kau akan kawin dengannya, ya menyenangkan Surti
Seperti elang yang menancapkan cakar di dada mangsa, akulah itu Surti. Akui

Sabtu, 27 Januari 2018

Untuk Ahed Tamimi, Tegarlah!

Untuk Ahed, gadis belia Palestina yang sangat dibanggakan dunia, semoga Allah merahmatimu dengan curahan kasih sayang-Nya walau kau berada ditempat terburuk sekalipun.
Surat ini datang dari seorang pemuda Indonesia yang tak pelu kau ketahui latar belakangnya. Saya rasa itu tak penting untuk sekarang. Beberapa bulan terakhir, kau jadi sorotan dunia Internasional karena aksi heroikmu menampar tentara Israel Laknatullah alaih, sontak saya merasa sangat terkesan dengan aksimu tersebut. Betapa tidak, kau hanya seorang gadis belia tanpa senjata yang berani melawan belasan tentara Zionis yang bersenjata penuh. Masya Allah, sungguh sangat heroik aksimu itu. Jika hidup ribuan Ahed Tamimi di Indonesia, mungkin para despot di negeri ini akan kocar-kacir hanya oleh satu Ahed Tamimi. Saya yakin.

Sungguh sebuah kepeloporan yang heroik ketika gadis belia sepertimu tak gentar melawan ketidak adilan. Ketika banyak diluar sana, gadis seusiamu yang hanya sibuk bersolek demi menarik hati lawan jenis.

Ahed yang masih belia, saya secara personal sangat mendukung tentang kebebasanmu dari penjara Zionis terkutuk itu. Namun tak banyak yang bisa saya lakukan, saya hanya dapat menulis surat ini dalam bahasa ibu saya. Dibaca atau tidak nantinya, bukan perkara. Yang penting bagi saya adalah, dukungan penuh sudah saya kerahkan untuk membebaskanmu dari penjara Zionis terkutuk itu. Engkau menjadi tauladan yang baik bagi kami, bahwa kolonialisme tak bisa dibiarkan berkembang biak begitu saja. Dimanapun itu.
Banyak warta yang saya baca soal kasusmu itu. Dukungan dari dunia internasional banjir padamu, terutama dari kaum feminis dan masyarakat anti-kolonial. Semoga dukungan kami disini bisa membuatmu sedikit lega walau berada dipenjara sana. Percayalah, jika menemui kemungkinan terburuk pun, engkau tetap akan menjadi pahlawan bagi palestina dan kemanusiaan.

Terakhir Ahed, jika nanti semuanya sudah berangsur membaik, tetap jaga api semangatmu itu. Jangan karena semua sudah membaik lantas kau lupa tujuan terluhurmu untuk memerdekakkan Palestina dari cengkraman Zionis Laknatullah alaih. Oh iya, salam untuk teman-teman pejuang di penjara sana, kalian tidak sendirian. Hari esok masih membentang luas untuk masa depan Palestina dan dunia yang lebih baik.

Akhirul kalam

Untuk apa kita membuat Status?

Judul tulisan ini sengaja saya awali dengan sebuah pertanyaan. Ya, seperti semua jenis pertanyaan, semuanya tentu butuh sebuah jawaban. Judul diatas lahir dari sebuah kegelisahan saya setiap kali akan membuat status. Mau apa saya menulis sebuah status? Untuk apa saya posting sebuah foto? Untuk siapakah target status saya? Efektif-kah status yang saya tulis untuk menyadarkan teman-teman saya—jika itu sebuah 'wake up call—misalnya.
Pernahkah Anda berpikir seperti saya? Atau ketika kalian menulis status, tidak pernah terbesit sedikitpun alasan-alasan seperti saya kemukakan diatas?. "Ah saya bosan saja, lalu saya menulis status atau memposting foto agar banyak orang mengomentari atau setidaknya dilihat orang lain", sela salah satu dari kalian. Berbeda jika saya adalah seorang penjual Online, ketika huruf pertama meluncur di papan ketik, niscaya apa yang saya lakukan semata-mata demi meraup laba dan jualan saya laris sampai habis. Atau saya seorang aktivis, apa yang saya tulis, posting atau bagikan semuanys berupa informasi seputar aktivisme seperti berita dari para petani Kulon Progo yang melawan pembangunan Bandara. Atau bisa saja informasi ihwal sebuah pengeboman di jalur Gaza jika saya aktivis kemanusiaan palestina.

Sampai sini, sepertinya apa yang saya kemukakan diatas bisa dimengerti. Lalu apa maksud tulisan ini? Simple saja, beberapa hari lalu saya mendapati begitu banyak status Hoax ihwal banyak hal. Postingan yang menurut saya sangat tak bermutu itu menjalar bak jamur dimusim hujan. Saya agak risih karena beberapa teman saya dengan bangganya menambahi Hoax tersebut dengan komentar-komentar heroik mereka. Saran saya, setidaknya sebelum kita menulis sebuah status, memposting sebuah foto atau informasi, ada baiknya kita kroscek terlebih dahulu. Jadilah manusia pintar ditengah arus zaman yang membodohkan ini. Jangan asal mempercayai sebuah berita lalu kita sebar sehingga meluas namun tak bisa dipertanggung jawabkan nantinya. Jujur saja, saya lebih suka seseorang yang menulis status ihwal kegiatan-kegiatan harian mereka atau mereka yang memposting barang dagangan ketimbang mereka yang menulis berita Hoax dan memamerkan apa yang mereka punya; seperti misalnya pamer makanan di restoran terkenal bersama keluarga pejabat. Memang tak pernah ads undang-undang yang mengatur tentang larangan memamerkan hal seperti itu, namun bisakah kita berpikir lebih arif bahwa diluar sana banyak manusia-manusia kurang beruntung yang jangankan untuk makan di restoran, untuk membeli beras pun sudah kelabakan?
Toh pada dasarnya manusia selalu punya kesadaran kolektif di setiap teritori masing-masing, jadi walau tak ada hukum yang mengatur hal tersebut, setidaknya kesadaran koletif kita-lah yang memagarinya.
Jadi untuk apa kita menulis sebuah status? Tolong pikirkan dulu sejenak sebelum menulisnya.

Minggu, 21 Januari 2018

Surat Untuk Diriku di Masa Lalu

Isi tulisan ini selintas terdengar konyol, namun bagi saya, ini adalah sebuah refleksi untuk masa depan. Jadi saya mohon, bacalah!

Untuk Happy Zulfian yang masih sangat muda dan rapuh, saya adalah kamu di masa depan. Tepatnya di tahun 2018. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan ihwal apa yang akan kau hadapi di masa depan, setidaknya tidak terlalu kontras namun mungkin berguna sebagai pertimbangan dalam mengambil sebuah tindakan.

Berapa umurmu sekarang? Ya maksud saya di tahun 2010? 17 tahun bukan? sungguh masih sangat muda. Diumur mu yang sangat belia itu akan ada banyak hal menyenangkan yang baru kau jumpai. Salah satunya teman dan pacar. Ya di tahun itu kau sedang menjalin hubungan cinta monyet dengan seorang perempuan yang dulu sangat kau sukai. Percayalah, jangan terlalu memberinya harapan berlebihan. Kelak kalian berdua akan punya jalan masing-masing, walau ketika itu kalian terlihat sangat cocok dalam berbagai hal. Kalian masih sangat polos. Begitu banyak perbedaan antara kalian di masa depan. Zaman banyak merubah watak manusia. Termasuk orang-orang disekitarmu, mereka tak pelak jadi korban zaman. Sedikit bijaklah dalam memilih tindakan. Jangan terlalu ambisius, bung. Mungkin kau akan penasaran dengan lanjutan hubunganmu dengan gadis itu. Saya akan sedikit memberi 'clue' yang abu-abu. Begini, di masa depan hidupmu tidak akan banyak berubah, sedangkan gadis itu adalah perubahan itu sendiri. Kau tak bisa membendungnya hanya dengan bermodal rasa sayang saja. Tapi kalian berpikir kalian adalah yang terbaik dan takkan terpisah? Itulah namanya cinta monyet, seperti yang saya singgung diatas, kalian terlihat serasi diluar, yang sesungguhnya ada 2 arus besar berlawanan didalam diri kalian yang tak pernah punya titik pertemuan. Kapan itu terjadi? Secepatnya. Tak lama setelah kalian tahu apa itu hidup yang sebenarnya. Jika bisa, segera selesaikan hubungan kalian sebelum akhirnya menyesal nanti. Di dunia ini, semua bisa saja terjadi tanpa kita kira sebelumnya. Kau harus mempersiapkan dirimu untuk semua itu.

Soal teman-temanmu, mereka adalah orang-orang yang akan selalu sama ketika dimasa depan, beberapa mungkin akan sulit kau temui. Namun mereka tetap solid seperti ketika kau masih muda. Percayalah, jangan sia-siakan mereka. Kau punya Band bukan? Dimasa depan, Band mu akan meredup. Minatmu pada musik akan terhalang sesuatu yang tak pernah kau pikirkan sebelumnya. Sesuatu yang yang besar namun kau tak pernah menyadarinya. Tunggu sampai waktu itu tiba! Saran saya, segera buat sebuah album dan launching sederhana bersama teman-temanmu. Setidaknya itu akan mengurangi rasa kecewamu dimasa depan. Terdengar tidak mungkin? Ya memang seperti itulah dunia ini bekerja bung. Serba tak terkira.

Tak bisa saya pungkiri, kau memang anak cerdas dalam beberapa hal. Namun juga bodoh dalam hal tertentu. Termasuk dalam memilih sesuatu. Kau selalu sembrono. Soal keluargamu, disama depan kalian akan terberai satu-persatu. Jadi, selagi hari ini kalian masih bisa menghabiskan waktu bersama, nikmatilah. Waktumu dengan mereka akan sangat kau rindukan di masa depan. Atur ulang jadwalmu dengan teman-temanmu. Apalagi dengan gadis yang kau sukai itu. Sayangi adik-kakakmu dan orang tua mu hari ini. Dimasa depan, semuanya terlambat jika kau lakukan. Kau akan pergi jauh meninggalkan mereka. Pergi ke suatu tempat yang kau tak pernah mengira sebelumnya. Ditempat asing itu kau akan mendapat banyak pelajaran berarti yang sayangnya kau tak menyadarinya. Dimana tempat itu? Yang pasti sangat jauh dan tak pernah kau sangka. Di depan, hidupmu akan banyak kejutan. Namun kau tak pernah berubah nenghadapi semua kejutan itu.

Terakhir, perbanyak membeli buku dan bacalah, bacalah lalu bacalah. Dimasa depan kau akan sangat menyesal karena tak melakukannya. Dan jangan lupa, pasang semua taruhanmu di setiap bandar di tahun 2014, Jerman akan juara piala dunia.


Tabik!


2018

Ramadhan Yang Perlu Diingat