Ramadhan kali ini adalah yang paling berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena tahun ini kita berpuasa ditengah pandemi covid-19 yang belum ditemukan obat atau vaksin untuk menyembuhkannya. Tapi bagi saya pribadi, ini adalah ramadhan yang istimewa. Lahirnya buah hati, pekerjaan baru dan kebanalan aktivitas yang sama membosankannya seperti tahun-tahun sebelumnya dan resistensi yang makin lama makin mengendur. Agenda kegiatan komunitas yang semakin hari makin sepi. Walau setiap sore beberapa kawan berinisiatif untuk sekedar ngabuburit menghabisi waktu yang membosankan tanpa pekerjaan karena wabah masih menggila. Beberapa kawan terkadang datang menyambangi setiap malam untuk sekedar bertukar cerita soal banyak hal hingga larut. Oceng dan udeng kadang, atau cimon sesekali ikut beradu rokok dibalkon rumah. Pertemuan kami agak makin intens, karena kebanyakan kami tak lagi bekerja normal. Ada yang diberhentikan sementara, ada yang bekerja secara parsial. Itu semua karena wabah sialan ini lagi-lagi. Corona merenggut banyak hal dari kami. Bukan hanya pekerjaan, tapi taraf kedekatan sosial kami jadi agak berjarak akibat pandemi sialan ini. Belum lagi dari sisi ekonomi, perut kami tiap hari minta diisi, namun pendapatan tak kunjung mengimbangi. Setiap usaha UMKM hampir pasti sepi.
Soal sibuah hati, saya dan istri punya kebiasaan baru setiap malam. Mengganti popok dan menyiapkan susu formula untuk meredam tangis si bayi. Sesuatu yang banal luar biasa bagi pasangan yang baru dikarunia seorang anak. Bagi kami, ini sesuatu yang baru sama sekali. Secara psikologis, kami sering kali merasa senang dan kesal dalam sekali waktu. Sekali lagi, ramadhan ini harus tercatat sebagai marka bagi banyak hal. Tentang banyak kehilangan dan merelakan ruang untuk ikhlas setiap kali resistensi tak kunjung menemukan relevansi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar