Judul: Jomblo Revolusioner
Penulis: Amrullah AM
Penerbit: Epistemic
Tahun terbit: September 2016
ISBN: 602-69503-3-8
Sedikit sinopsis dari buku ini:
"Jomblo Revolusioner berisi tentang semangat pergerakan, kisah unik dibalik rencana demonstrasi, hingga titik sunyi seorang jomblo yang jarang diketahui. Kita tahu, jomblo selalu identik dengan ratapan sedih dan kegagalan. Namun pada buku ini tak ada kisah cengeng semacam itu. Jomblo tidak dimaknai secara syariat sebagai kesendirian. Namun, dijabarkan secara luas sebagai hakikat kebebasan.
Secara umum, buku ini dibagi menjadi tiga bagian prasasti perjuangan. Itu meliputi bagian pertama, kedua dan ketiga. Bagian pertama berjudul Catatan Jomblo, berisi 19 kisah menarik yang menarik yang dikemas dalam sebuah catatan. Bagian kedua berjudul Secarik Pesan, berisi 12 surat kaleng tentang kegundahan hati aktivis pergerakan. Dan pada bagian ketiga, terdapat 6 permenungan yang dikemas dalam sebuah judul Semacam Renungan"
Sebelum saya ceritakan tentang isi buku ini, ada baiknya saya perkenalkan dahulu siapa penulis dibalik buku ini untuk yang belum tahu. Amrullah AM atau sering disapa Aam ini adalah seorang aktivis asal Tuban Jawa Timur, beliau adalah pengelola sekaligus pengurus perpustakaan Rumah Baca Bijaksana di Tuban. Pernah menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dan Universitas Dr. Soetomo Surabaya.
Karena buku ini ditulis oleh seorang aktivis, tak pelak isi buku ini banyak berkisah tentang pergulatan seorang aktivis semasa penulis menjadi mahasiswa atau setelah lulus. Seperti kata penulis, ada sebagian dari tulisan dalam buku ini yang diambil dari blog pribadi si penulis yang sebelumnya pernah diunggah ke blog pribadinya. Didalamnya ada campuran jenis tulisan. Ada esai, cerita dan ada juga features. Ada sebuah esai yang membuat saya tersenyum sekaligus menangis di dalamnya. Esai itu berjudul "Biarkan mereka mati saja". Esai satir yang dibalut dengan bahasa yang njilemt namun tetap tak mengurangi kerenyahan ceritanya. Esai itu bercerita kurang lebih tentang penderitaan rakyat Indonesia yang sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di negeri yang dalam bahasa si penulis ijo royo-royo ini. Lalu ada ada lagi esai yang berjudul "Leba(y)ran" yang menggelitik sekaligus sebuah sindiran buat saya. Dimana esai itu bercerita tentang kebiasaan mengunggah foto di media sosial (termasuk kebiasaan memfoto makanan sebelum di makan lalu diunggah ke media sosial) yang sepertinya adalah kebiasaan kebanyakan anak muda hari ini. Lalu ada cerita tentang tiga serangkai Bari, Agus dan Ndemo yang ketiganya sudah meninggal ketika penulis menulis cerita tentang mereka bertiga akibat kecelakaan.
Ada banyak sekali cerita yang menarik dari buku ini. Beberapa telah saya ulas diatas. Kawan-kawan akan serasa diajak menyelami dunia aktivisme yang sunyi dan menggairahkan. Buku setebal 139 halaman ini wajib dibaca bagi kawan-kawan yang butuh referensi bacaan yang ringan namun dengan isi yang padat dan berkualitas.