Sebelum ini, aku memang pernah berkhayal ke alam kahyangan. Bertemu seorang gadis dengan wawasan luas, elegan, penuh kegembiraan di air mukanya, melahap buku apa saja untuk dibaca dan tentu saja teman yang baik dalam berbincang. Kenapa tidak ada paras cantik disana? Ya, khayalanku tak muluk walau sedikit utopis. Paras yang cantik, bagaimanapun bukan jaminan prilaku yang baik. Lagipula, paras, secantik apapun akan lekang dilahap waktu. Ia tak abadi.
Namun hari ini, gadis dari kahyangan itu, hadir mengisi setiap lembar buku harianku yang hampir buram warnanya. Menggambar warna-warna cerah di ufuk senja saya. Padangannya yang teduh, mengikis stigma negatifku tentang dunia. Gesturnya yang gemulai seolah berkorelasi dengan tuturnya yang lembut nan membius setiap urat di nadi ini.
Entah apa yang aku rasa hari ini, entah sebuah imajinasi yang terealisasi atau lainnya. Dia begitu nyata, hidup diantara rongga paru-paru bak udara. Pernah terpikir, jika ini hanya fatamorgana sementara. Lalu gadis itu, terbang meninggalkan dunia ke kahyangan, tempat dia seharusnya berada.
Setiap kata yang terlontar darinya, begitu indah. Aku, terkdang hampir lupa cara bernafas jika didekatnya, gugup, ya aku gugup jika didekatnya. Jangankan memandang matanya yang teduh itu, bersanding di sisinya saja terasa membuat saraf-saraf diotakku tak berfungsi. Tak aneh, ini adalah ekspersi dari sebuah mimpi yang terealisasi.
Ketika namanya muncul di layar handphone ku, rasanya meneduhkan sekaligus menenangkan. Adiktif, aku tak bisa jika dia tak hadir di hidup ini walau hanya sehari, begitu yang aku rasa hari ini. Dalam benak terlintas, apakah dia yang selama ini selalu aku minta disepertiga malamku? Diakah jawaban yang Tuhan kirim untuk setiap doa disujudku selama ini? Entahlah. Yang jelas, aku harap ini tidak temporer, tapi pemanen. Dan jika benar dia adalah jawaban dari setiap doaku, akan aku perjuangkan walau harus memangku Everest sekalipun.